Ponsel Kelas Menengah Kini Menawarkan Fitur dan Performa Rasa Flagship

Ada pergeseran menarik di pasar Ponsel Kelas Menengah. Dulu, ponsel flagship adalah simbol kemajuan. Itu menjadi satu-satunya pilihan pengguna. Mereka menginginkan performa terbaik (IDN Times). 

Namun kini perannya mulai dipertanyakan. Sebab ponsel kelas menengah berkembang pesat. Dulu fitur flagship sangatlah eksklusif. Contohnya layar dengan refresh rate tinggi. Juga pengisian daya super cepat. 

Kini fitur itu jadi standar menengah (Kumparan). Perkembangan ini membuat orang bertanya. Apakah membeli flagship masih sepadan? (Tirto).

Dulu, ada perbedaan chipset flagship. Juga perbedaan chipset kelas menengah. Perbedaan performa keduanya sangat jauh. Kini kesenjangan performa menipis (Kumparan). 

Data AnTuTu menunjukkan skor ponsel. Ponsel menengah pakai Snapdragon 7+ Gen 3. Skornya bisa mencapai 1.448.293 poin. Angka ini hanya sedikit lebih rendah. Yaitu 5-15% dari flagship (Selular, 2025). 

Chipset Snapdragon 7 sangatlah kuat. Begitu pula Apple A-series lama. Chipset itu bisa menjalankan semua tugas. Misalnya untuk kebutuhan gaming berat. Juga untuk menjalankan aplikasi AI. Ini sudah cukup bagi pengguna (Gadget VIVA, 2024).

Kualitas layar juga mengalami perkembangan. Dulu, layar OLED hanya untuk flagship. Kini ponsel menengah sudah memakainya (VIVA Jabar, 2024). 

Memang ada panel flagship canggih. Namun perbedaannya tidak begitu signifikan. Terutama bagi para pengguna awam (Dorangadget). 

Dukungan perangkat lunak juga berubah. Pabrikan Samsung dan Google memberi dukungan. Dukungan pembaruan diberikan sangat panjang. Bahkan untuk seri kelas menengah.

Ini membuat umur pakai ponsel panjang. Tak perlu beli flagship demi pembaruan (CV Cemerlang Publishing).

Meskipun kesenjangan itu mulai menipis. Perbedaan tidak sepenuhnya hilang (Kumparan). 

Perbedaan performa memang masih ada. Terutama untuk tugas-tugas sangat berat. Seperti saat mengedit video 4K. Atau bermain game grafis maksimal. Chipset flagship masih lebih unggul (Tek.id). 

Kualitas implementasi fitur juga penting. Keduanya mungkin memakai layar OLED. Namun kecerahan puncaknya bisa berbeda. 

Kualitas lensa kamera flagship juga berbeda. Sensor gambar flagship jauh lebih baik. Begitu pula dengan pemrosesan gambarnya. Terutama pada kondisi minim cahaya (Tokopedia).

Daya tahan baterai kini meningkat. Kecepatan pengisian daya juga meningkat. Ini terjadi di semua kategori (DailySocial). 

Banyak ponsel menengah punya daya cepat. Kekuatannya dari 67W hingga 120W. Baterai bisa terisi penuh cepat. Waktunya kurang dari 30 menit (Digital VIVA). 

Lalu ada tren flagship killer. Tren ini sedang sangat naik daun. Perangkat seperti OnePlus 13R hadir. Juga perangkat Realme GT 7 Pro. 

Keduanya menawarkan spesifikasi mendekati flagship. Harganya dibuat menjadi lebih terjangkau. Targetnya konsumen butuh performa tinggi. Tanpa perlu fitur premium lainnya (GSM Arena).

Pada akhirnya, ada soal gengsi. Ponsel flagship bukan cuma alat komunikasi. Ponsel itu juga sebuah simbol status. Statusnya sama seperti mobil mewah (Kompas Tekno, 2023). 

Ada kepuasan tersendiri saat memilikinya. Ini bukan soal kebutuhan fungsional. Melainkan soal keinginan dan citra diri (Digital VIVA).

Pada akhirnya, flagship punya peran penting. Sebagai tempat uji coba teknologi baru. Contohnya seperti teknologi layar lipat. Juga kamera yang ada bawah layar. Tanpa flagship, inovasi jadi lambat (Trendtech). 

Bagi sebagian orang, flagship penting. Misalnya untuk para fotografer profesional. Juga untuk para gamer sejati. Mereka butuh performa paling puncak. Flagship adalah pilihan terbaik (Dorangadget). 

Tinggalkan Balasan